Diantara banyak jenis jamur yang sedang baik prospeknya adalah Jamur Tiram Putih (Pleuratus ostreatus sp). Jamur ini disebut juga jamur kayu, karena tumbuh pada media kayu lapuk atau serbuk kayu. Disebut jamur tiram karena bentuk tudungnya membulat lonjong dan menutup seperti cangkang tiram. Jenis jamur tiram pun bermacam-macam ada tiram putih, coklat dan merah.
Menurut wikipedia, tubuh buah dari jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm. Miselia berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.
Kandungan Gizi
Jamur ini mempunyai kandungan protein yang tinggi, asam lemak tak jenuh, serat dan vitamin sehingga rasanya sangat enak dibandingkan jenis jamur lainnya. Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, protein jamur tiram rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering, kandungan proteinnya 19-35%, sedangkan beras hanya 7.3% gandum 13.2% kedelai 39.1%. susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu (1) lisin (2) metionin (3) triptofan (4) threonin (5) valin (6) leusin (7) isoleusin (8) histidin dan (9) fenil alanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol), maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh, serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D, serta vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol) dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, dan Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca, dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.
Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram, maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi. Adanya serat, yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan. USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol. Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram sebagai bahan makanan yang dapat mencegah timbulnya tumor.
Penanaman dan Pemanenan
Jamur tiram dapat ditumbuhkan pada media kompos serbuk gergaji kayu. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 25-30°C. Agar bakal tubuh buah terbentuk biasanya dibutuhkan kejutan fisik seperti perubahan suhu, cahaya, tingkat CO2, kelembaban relatif udara dan aerasi. Suhu substrat yang tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroflora termofilik. Mikroorganisme termofilik tumbuh pada kisaran suhu 30-55°C, ketika tumbuh mikroorganisme tersebut menghasilkan panas yang lebih pada substrat sehingga dapat mematikan miselium jamur yang dibudidayakan. Substrat sebaiknya memiliki konduktivitas panas yang rendah, oleh karena itu susunan tinggi kompos kurang dari 25 cm dan log jamur tidak lebih dari 25 kg. Selama pembentukan tubuh buah, beberapa jamur sensitif terhadap tingkat CO2 yang tinggi, sehingga tubuh buah yang terbentuk akan memiliki tangkai yang panjang dan tudung yang kecil. Kisaran konsentrasi CO2 yang baik untuk pertumbuhan galur tertentu dari P. ostreatus antara 550-700 ppm. Faktor cahaya sangat menentukan pembentukan tubuh buah. Beberapa jamur akan membentuk tubuh buah jika kekurangan cahaya. Untuk pembentukan tubuh buahnya Pleurotus spp. diperlukan 8 jam penyinaran cahaya, namun Pleurotus yang tumbuh tanpa cahaya akan membentuk struktur seperti koral dengan banyak tangkai yang bercabang.
Pada umumnya teknologi budidaya yang diterapkan para petani jamur tiram yaitu penggunaan serbuk gergaji sebagai substrat menjadi “baglog” yaitu substrat yang dikemas didalam kantong plastik tahan panas. Adapun karakteristik pertumbuhan jamur tiram pada baglog serbuk gergaji yaitu dalam jangka waktu antara 40-60 hari seluruh permukaan baglog sudah rata ditumbuhi oleh misellium berwarna putih. Satu sampai dua minggu setelah baglog dibuka biasanya akan tumbuh tunas dalam 2-3 hari akan menjadi badan buah yang sempurna untuk dipanen. Pertumbuhan badan buah pada waktu panen telah menunjukkan lebar tudung antara 5-10 cm. Produksi jamur dilakukan dengan memanen badan buah sebanyak 4-5 kali panen dengan rerata 100 g jamur setiap panen. Adapun jarak selang waktu antara masing-masing panen adalah 1-2 minggu.
Bakal tubuh buah atau primordia dari basidiomiset adalah gumpalan kecil yang terdiri dari kumpulan miselia yang akan berkembang menjadi tubuh buah. Diameter tubuh buah sekitar 1 mm. Primordia berkembang dan pada tubuh buah muda terlihat bagian-bagian tubuh buah seperti tudung dan tangkai yang terletak tidak di tengah tudung. Pada permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat bilah-bilah (lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada lamela terdapat sel-sel pembentuk spora (basidium), yang berisi basidiospora. Basidiospora biasanya dibentuk pada saat tubuh buah dewasa mengalami kematangan. Selama tepi tudung masih berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa. Pada saat tepi tudung meregang penuh tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya rapuh dan spora-spora dapat dilepaskan.
Spora pada jamur berfungsi untuk alat reproduksi dan bertahan. Karakteristik spora sering digunakan untuk mempelajari sistematika dan klasifikasi jamur. Para ahli mikologi dapat menggunakan spora atau lebih tepatnya jejak spora yang dapat membantunya untuk mengidentifikasi ribuan spesies jamur yang memiliki tudung. Jejak spora adalah kumpulan spora dalam jumlah besar. Hal ini bisa diperoleh dengan meletakkan tudung dengan himenium menghadap ke bawah pada selembar kertas putih atau sepotong kaca. Setelah beberapa jam, terkadang tidak sampai esok harinya, lapisan spora akan terkumpul. Warna spora terbagi ke dalam 4 atau 5 tipe umum, yaitu: putih, merah muda, kuning tanah dan ungu kehitaman, namun kelompok terakhir dapat dibedakan lagi menjadi ungu dan hitam. Warna spora kadang-kadang dapat dilihat secara visual dengan melihat lamela pada jamur dewasa, tetapi kadang-kadang warna dari lamela menyembunyikan warna sporanya.
Prospek
Alasan mengapa Jamur tiram mempunyai prospek baik untuk dibudidayakan, yaitu selain bahan bakunya sangat melimpah dan mudah didapat , juga budidaya jamur tiram tidak butuh lahan luas. Itu karena dapat dilakukan dengan system rak bertingkat. Jamur tiram selani mempunyai rasa yang lezat untuk dikonsumsi juga ternyata berhasiat untuk kesehatan, tak heran jamur tiram banyak disukai dan dicari orang.
Banyak produk yang dihasilkan dari bahan baku jamur tiram, seperti tepung jamur tiram, permen jeli jamur tiram, keripik jamur tiram, abon jamur tiram, nuget jamur tiram, jamur tiram crispy, dan lain-lain.
Hingga saat ini jamur tiram lebih banyak diproduksi di jawa barat. Berdasarkan data yang ada, jawa barat memproduksi 10 ton jamur tiram setiap harinya dan mayoritas dipasarkan dalam bentuk segar dengan tujuan pemasarannya kota-kota besar. Daerah Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi misalnya, menyuplai jamur tiramnya ke pasar-pasar di Jakarta.
Bila dibandingkan dengan jenis jamur lainnya, jamur tiram sudah jauh lebih dikenal dan memasyarakat. Oleh karena itu masyarakat sudah terbiasa mengkonsumsinya. Hal ini membuat kebutuhan pasar akan jamur tiram menjadi luas dan permintaan akan produk jamur tiram, baik dalam bentuk segar maupun olahannya,terus meningkat. Di beberapa negara seperti Singapura, Taiwan, Jepang, dan Hongkong, permintaan jamur tiram dalam bentuk kering maupun yang telah dikalengkan sangat tinggi.
Tepung Jamur Tiram
Pada dasarnya cara pembuatan tepung jamur tiram sama dengan cara pembuatan tepung singkong dan kentang. Pertama dengan mengeringkan bahan, yaitu jamur tiram, hingga kering, lalu dilakukan penggilingan dan pengayakan untuk mendapatkan tepung yang halus.
Dalam pengeringan, rendemen yang dihasilkan yaitu sekitar 8.1% – 8.5%, sangat kecil, karena diakibatkan kandungan air yang terkandung dalam jamur tiram sangat jenuh, yaitu sekitar 90%. Jadi, apabila dari 100 kg jamur tiram, apabila diolah menjadi tepung jamur tiram, maka akan dihasilkan 8 kg – 8,5 kg tepung jamur tiram. (bemfateta.ipb.ac.id)
0 komentar:
Posting Komentar